Viral video detik detik anggota Dewan memukul wasit saat bermain bola. Video berdurasi 29 detik tersebut viral di media sosial Twitter dan Instagram. Terlihat dalam video, anggota Dewan Kota Tangerang Selatan, yang diketahui bernama Edy Mamat mendapatkan kartu merah.
Namun, seperti tak terima dengan keputusan wasit, Edy Mamat langsung menghampiri wasit dan melakukan pemukulan. Aksi tersebut membuat Edy Mamat ditepikan ke pinggir lapangan. Dikutip , Edy Mamat dan wasit yang bernama Eka kini telah berdamai.
Kedua pihak sepakat saling memaafkan atas kejadian di lapangan hijau. Mereka berdamai dan tidak memperpanjang masalah tersebut. Namun setelah aksi ini, Edy Mamat mendapatkan sanksi dari panitia penyelenggara.
Edy Mamat mendapat hukuman larangan bermain dalam turnamen antar kampung (tarkam) Pakujaya Cup. Larangan dari panitia ini berlaku selama dua tahun berturut turut. Tak hanya Edy Mamat, klubnya Orkil FC juga dilarang bermain pada tahun depan di turnamen yang sama.
Selain mendapat sanksi dari panitia Pakujaya Cup, pihak Partai Gerindra juga akan segera memanggil Edy Mamat. Dikutip , Yudi Budi Wibowo, Sekjen DPC Gerindra Tangsel, menjelaskan akan segera menemui Edy Mamat. "Sikap kami ya pasti kami panggil dulu, untuk mendengarkan apa alasan dan sebagainya,” ujarnya, Sabtu (11/6/2022).
“Yang pasti kan kejadian itu pertandingan sepak bola ya, di lapangan. Partai kan tidak tahu, dan itu pertandingan pribadi,” imbuhnya. “Tapi kami akan melakukan pemanggilan terhadap kader. Kami harus tahu dululah," katanya lagi. Adapun mengenai sanksi, menurutnya hal tersebut akan menjadi ranah kode etik partai.
Di tempat terpisah, Edy Mamat akhirnya menjelaskan kejadian pemukulan wasit tersebut. Dikutip , ia mengaku tak berniat memukul wasit. Saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Pondok Jagung, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Sabtu (11/6/2022), ia hanya ingin menghalau wasit untuk tak mengeluarkan kartu merah.
Pemain Orkil FC bernomor punggung 7 itu hanya ingin minta ketegasan wasit. "Dalam pertandingan itu, tim kami berjuang untuk menang. Saya juga kerap dilanggar tapi tak dianggap pelanggaran." "Saya tidak menyalahkan wasit karena kondisi lapangan kemarin sangat becek, jadi banyak pelanggaran. Saya hanya berharap keadilan dari wasit," ujarnya.
"Insiden itulah terjadi. Saya protes, diberi kartu kuning. Saya masih protes, wasit mungkin spontan karena tensi pertandingan, jadi saya diberi kartu merah." "Saat itu saya ingin menghentikan keputusan wasit, "Kok saya dikartu merah?", saya bukan mau memukul tapi mau stop keputusan wasit," katanya. Kejadian tersebut, kata Edy Mamat, murni hanya ada di lapangan.
Setelah pertandingan sepak bola berakhir, tak ada dendam pribadi atau protes berlebihan. "Jujur. Saya juga tidak membawa bawa nama dewan ke dalam pertandingan. Di lapangan bola, saya masyarakat biasa." "Saya membawa nama tim saya, bukan nama partai atau instansi. Itu murni antara saya sebagai pemain dan juga wasit," katanya.
Dia menyayangkan pemberitaan viral yang menyangkutpautkan pertandingan sepak bola dengan statusnya sebagai anggota dewan. "Tidak ada hubungannya dengan status saya di luar lapangan bola, dan juga status wasit di luar lapangan bola." "Ini murni hubungan saya sebagai pemain dan wasit. Tidak ada dibawa bawa ke luar lapangan," ujar Edy Mamat